Swasembada susu 2020
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pertanian telah mencanangkan Indonesia berswasembada susu pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan adanya perhatian pemerintah terkait pembangunan persusuan nasional dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan dan mengantisipasi krisis pangan utamanya kebutuhan akan susu di satu dekade yang akan datang. Waktu yang tersedia sekitar enam tahun dan sekarang sudah satu tahun waktu tersisa, tentunya menjadi tantangan serius yang harus dihadapi oleh semua stakeholder terkait untuk mewujudkan Indonesia berswasembada susu 2020. Hal ini dikarenakan produksi susu nasional baru mencapai 20 - 25% dari total kebutuhan susu nasional. Populasi sapi perah saat ini sejumlah 600.000 ekor dengan rata-rata produksi susu baru mencapai11,51 liter/ekor/hari. Untuk mewujudkan swasembada pada tahun 2020, populasi sapi perah harus meningkat menjadi 2.300.000 ekor dengan rata-rata produksi susu 15 liter/ekor/hari (Dir.Bit., KEMENTAN RI, 2012). Langkah nyata dan strategis sangat diperlukan untuk mensukseskan program swasembada susu 2020, yakni pemanfaatan teknologi pakan dan reproduksi yang saat ini mutlak untuk diadopsi. Hal ini dikarenakan sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia beternak secara tradisional dengan kepemilikan sapi perah dan lahan yang terbatas serta rendahnya pendidikan peternak, sehingga dengan adanya teknologi diharapkan kualitas susu, produktivitas dan kinerja reproduksi sapi perah di Indonesia dapat benar-benar optimal.
Susu kuda Sumbawa
Kuda sudah lama berada dibumi dan tersebar diseluruh dunia. Kuda telah disimpan dan diternak oleh manusia sejak beribu-ribu tahun sebelumnya. Susu kuda Sumbawa adalah istilah baru pengganti sebutan ‘susu kuda liar’. Gara-gara nama itu sering dipertanyakan, penggantian istilah itu konon juga merupakan saran dari pihak Departemen Kesehatan, dalam hal ini Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) untuk menghindari kerancuan.
Menurut peneliti utama pada Puslitbang Gizi Depkes RI Dr Hermana MScAPU, susu kuda, termasuk susu kuda Sumbawa, lebih cocok dikonsumsi bayi,karena komposisi kandungan gizinya sangat mendekati air susu ibu (ASI). Kadar casein, laktosa, lemak, protein, dan mineral, serta komposisi asam lemaknya punterdiri dari asam lemak rantai pendek yang mudah diserap. dilihat dari komposisinya, tidak ada keistimewaan susu kuda dibandingkan susu lain,”tambahnya. Tetapi, pada laporan FAO disebutkan susu kuda lebih cocok diberikan pada bayi dibandingkan susu sapi, karena kemiripan komposisi zat gizi susu kuda dengan ASI. Susu sapi segar, katanya, tidak cocok bagi bayi karena kandungan casein-nya tinggi, dan akan menggumpal di dalam perut bayi sehingga sulit dicerna. Sedangkan proses fermentasi pada susu kuda liar, ujarnya, adalah mengubah laktosa menjadi asam. “Terjadi perubahan komponen menjadi asam lemak yang berfungsi melancarkan pencernaan. Proses fermentasi juga menghindari penggumpalan protein.” Untuk mengingatkan untuk memperhatikan proses fermentasi karena bakteri pembusuk ada dimana-mana, misalnya dari tangan orang yang memeras atau dari puting susu kuda. Bakteri pembusuk ini menyebabkan susu yang pagi hari diperah, sore harinya sudah busuk. Karena itu produk fermentasi sebaiknya dipasteurisasi, atau diproses UHT (ultra high temperature). Pasteurisasi juga berfungsi menghilangkan bakteri TBC. Berdasarkan observasi lapangan Dr. Diana, susu kuda liar atau susu kuda Sumbawa yang dipromosikannya ini berasal dari kuda yang dipelihara secara ekstensif (liar) di hutan, gunung dan padang rumput di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kabupaten Sumbawa, Bima, dan Dompu yang akhirnya disebut sebagai susu kuda Sumbawa. Artinya, kuda ini mencari pakannya sendiri atau dipelihara dengan umbaran sama halnya dengan peliharaan ayam kampung yang banyak kita temui di berbagai wilayah di Indonesia. Untuk pemerahan dilakukan sesudah kuda dikandangkan yang pulang setiap sore hari setiap harinya.
Susu kuda Sumbawa mempunyai keistimewaan yaitu tidak mengalami penggumpalan dan kerusakan meskipun tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi bahan pengawet apapun, serta tahan disimpan pada suhu kamar sampai 5 bulan. Sifat ini memberi petunjuk bahwa dalam susu kuda Sumbawa terkandung zat yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diduga senyawa antimikroba alami. Kandungan kadar protein dalam air susu kuda lebih tinggi daripada susu sapi sebagai alternatif tambahan air susu ibu (ASI) bagi bayi dalam masa pertumbuhan dan untuk kecerdasaan otak. Rantai protein pada susu kuda Sumbawa lebih pendek dibandingkan dengan yang ada pada susu sapi sehinggamudah dicerna bayi. Secara umum, kandungan protein pada susu sapi sebanyak 17,35% dan pada susu kuda 17,52%. Susu kuda juga merupakan sumber lemak, vitamin dan mineral. Kandungan gizinya yang mendekati air susu ibu (ASI), susu cocok untuk bayi karena kadar kaseinnya lebih rendah dibanding susu sapi. Kandungan kasein yang tinggi, membuat susu mudah menggumpal dalam perut bayi sehingga lebih sulit dicerna. Oleh sebab itu, susu kuda Sumbawa dapat menjadi alternatif dalam mensukseskan swasembada susu 2020 karena pengolahan yang tidak cukup rumit dan banyak khasiat. Susu kuda Sumbawa inipun sudah banyak dikenal oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
No comments:
Post a Comment